Senin, 29 September 2008

PENERAPAN KONSEP SEIT BERBASIS PESERTA DIDIK

PENERAPAN KONSEP SEIT BERBASIS PESERTA DIDIK
DI SMU DAN PERGURUAN TINGGI*



Nazarudin,S.Si,M.Si**


Abstrak

Konsep SEIT adalah suatu azas atau konsep yang integrated, suatu konsep yang mencoba mengoptimalkan variabel-variabel kemanusian peserta didik. Variabel-variavel tersebut adalah: energi dan daya spritual (Spritual Quotient), potensi dan kearifan emosional (Emotional Quotient), potensi dan daya pikir (Intellectual Quotient), potensi bakat (Talent).
Dengan menerapkan Konsep SEIT berbasis peserta didik diharapkan lulusan SMU dan lembaga pendidikan tinggi, tidak hanya menjadi pekerja (buruh) namun menjadi Insan Utama (insan kamil) yaitu adalah insan yang mempunyai iman, memahami ilmu, menerapkan ilmu dan mampu mengembangkan ilmu sekaligus amal (action) sesuai dengan bakatnya (talent). Lulusan yang bukan mencari kerja tetapi yang menciptakan pekerjaan (interpreneur).



1.1 Pendahuluan
Permasalahan klasik dari kajian kependudukan dan angkatan kerja adalah terbatasnya lapangan pekerjaan di satu sisi dan banyaknya pencari kerja di sisi lain. Data statistik Propinsi Jambi tahun 2001 menunjukkan bahwa dari 6.520 orang pencari kerja lulusan SMU yang ditempatkan di dunia kerja hanya 1.257 orang (19,27%), sedangkan dari 1774 orang lulusan perguruan tinggi yang ditempatkan di dunia kerja hanya 168 orang (9,5%) (anonim, 2001)
Banyaknya jumlah lulusan SMU dan perguruan tinggi yang tidak diterima di dunia kerja sebenarnya disebabkan lulusan tersebut tidak disiapkan untuk menciptakan pekerjaan tetapi hanya disiapkan untuk mencari pekerjaan. Berbicara tentang kualitas lulusan suatu lembaga pendidikan salah satu faktor utama yang mesti dicermati adalah desain kurikulum lembaga pendidikan tersebut.
Desain kurikulum yang diterapkan oleh lembaga-lembaga pendidikan baik ditingkat SMU maupun tingkat perguruan tinggi saat ini tidak berbasis peserta didik dalam artian masih menggunakan paradigma lama (pedagogi) bukan menggunakan paradigma andragogi. Dalam konsep SEIT yang berbasis peserta didik desain, kurikulum direkayasa dan dibuat berdasarkan konsep adragogi.
1.2 Konsep SEIT
SEIT adalah suatu azas atau konsep yang integrated, suatu konsep yang mencoba mengoptimalkan variabel-variabel kemanusian peserta didik. Variabel-variavel tersebut adalah: energi dan daya spritual (Spritual Quotient), potensi dan kearifan emosional (Emotional Quotient), potensi dan daya pikir (Intellectual Quotient), potensi bakat (Talent) (Nazarudin, 2003)
Sebenarnya bila dilihat secara konsep, SEIT bukanlah barang baru namun penamaannnya yang mungkin berbeda. Sudah cukup banyak literature yang membahasnya dan sudah cukup luas didiskusikan oleh pakar-pakar pendidikan bahkan oleh masyarakat umum. Namun mengapa dalam implementasinya dan output-nya terjadi kesenjangan dengan konsep SEIT (Nazarudin, 2003)
Terjadinya kesenjangan ini dimungkinkan karena penerapannya di kurikulum belum optimal. Tidak optimalnya konsep ini dikarenakan pelaksanaannya dalam pengajaran yang cenderung teoritis dan tidak berbasis ke peserta didik atau dengan kata lain tidak melihat peserta didik sebagai siswa (peserta belajar) yang mampu belajar mandiri (Nazarudin, 2003)
Melihat kenyataan ini, mari kita mencoba berpikir untuk merancang suatu kurikulum simple sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan. Pada makalah ini dipaparkan secara singkat suatu wacana mempraktiskan konsep SEIT.
1.3 Konsep Kurikulum SEIT Berbasis Peserta Didik
Kurikulum berbasis peserta didik diartikan sebagai kurikulum yang menganggap peserta didik adalah insan dewasa yang kemandiriannya sudah cukup. Dasar-dasar teori dari SEIT berbasis peserta didik adalah konsep andragogi. Dalam kurikulum ini peserta didik diajak menjadi subyek dalam proses pengajaran, bukan hanya sebagai obyek pengajaran.
Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program pendidikan yang menggunakan asas-asas pendekatan andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut:
1. Menciptakan iklim untuk belajar
2. Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu
3. Menilai atau mengidentifikasi minat, kebutuhan, dan nilai-nilai
4. Merumuskan tujuan belajar
5. Merancang kegiatan belajar
6. Melaksanakan kegiatan belajar
7. Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan pencapaian nilai-nilai)
Dengan ke-tujuh langkah tersebut, maka andragogi dapat dipandang sebagai model system belajar “feed back loop” (gelung umpan balik) (Nazarudin,2001)
Posisi konsep SIET berbasis peserta didik adalah suatu konsep yang berpondasi; peserta didik (andragogi). Bertiangkan lembaga pendidikan dan guru sebagai fasilitator. Dan beratapkan energi dan daya spritual (Spritual Quotient), potensi dan kearifan emosional (Emotional Quotient), potensi dan daya pikir (Intellectual Quotient), potensi bakat (Talent). Skema dapat dilihat pada gambar 1.

Peserta didik (Andragogi)

G
u
R
u


L
P
SEIT





Gambar 1. Skema Konsep SEIT berbasis peserta didik
1.4 Penerapan Konsep SEIT Berbasis Peserta Didik di SMU dan Perguruan Tinggi

1.4.1 Penerapan di Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum berbasis peserta didik ini, pelaksanaannya dimulai dari awal peserta didik masuk sebagai peserta didik. Di awal masuk, peserta didik harus di seleksi tidak hanya kemampuan akademiknya namun bakatnya juga. Seleksi bakat ini dilakukan dengan pertimbangan jangan sampai peserta didik masuk suatu prodi yang yang sangat jauh dari potensi bakatnya.
Dari awal peserta didik masuk menjadi peserta didik konsep SEIT berbasis peserta didik langsung diterapkan. Penerapan SEIT berbasis peserta didik dimulai dengan membentuk kelas-kelas SEIT Dasar. Kelas-kelas SEIT Dasar yang dibentuk terdiri dari:
a. Kelas Kajian Rohani (agama)
b. Kelas Filsafat
c. Kelas Psikologi Terapan
Pada kelas-kelas SEIT Dasar ini, pengajar hanya memfasilitasi kajian-kajian. Yang terpenting pada kelas-kelas ini peserta didik diajak menelaah konsep-konsep dasar pemikiran dan perilaku manusia. Kelas ini juga dapat dijadikan sebagai wadah penggodokan dan kawah candradimuka diskusi pemikiran dan perilaku manusia yang disusun dan dirancang secara bersama-sama antara sraf pengajar dan peserta didik. Kelas ini selalu ada (ditawarkan) setiap semester.
Pada mata kuliah keilmuan atau keahlian konsep SEIT diterapkan dengan memfokuskan kepada kemandirian peserta didik. Peserta didik diajak berpikir menelaah silabi-silabi perkuliahan yang akan diajarkan dan kemudian merancang secara bersama-sama. Dalam pelaksanaan perkuliahan peserta didik lebih banyak diajak berdiskusi, dan pada akhir perkuliahan peserta didik diharapkan menghasilkan suatu tulisan berupa resume perkuliahan.
Dalam konsep SEIT berbasis peserta didik ini, topik pada mata kuliah/mata pelajaran praktikum harus juga dirancang secara bersama antara peserta didik dan staf pengajar. Permasalahan dan metode pemecahan masalah pada praktikum dicari dan dirancang oleh mahasiwa baru kemudian didiskusikan kepada staf pengajar. Pelaksanaannya peserta didik melaksanakan secara mandiri seperti melakukan penelitian, dan dosen bersikap sebagai pembimbing. Sebagai evaluasi, mahasiwa harus menyusun suatu laporan praktikum berupa makalah.
Dengan membiasakan peserta didik mengasah otak-nya dan mendayagunakan potensi dirinya serta menuangkannya dalam bentuk tulisan diharapkan peserta didik terlatih menelaah dan berpikir sistematis, sehingga membangkitkan energi dan daya intelektual peserta didik.
1.4.2 Penerapan di Kegiatan Extra Kurikulum
Kegiatan extra kurikulum harus diberi peluang sebesar-besarnya. Pihak lembaga pendidikan hanya memfasilitasi. Bentuk kegiatan dan wadah organisasi tidak perlu dipakemkan oleh lembaga pendidikan. Biarlah peserta didik yang menentukan bentuk kegiatan, bentuk organisasi, aturan main organisasi, dll. Pihak lembaga pendidikan hanyalah memberi regulasi yang tujuannya untuk mencegah dan mengawasi kegiatan peserta didik jangan sampai terjerumus dalam kegiatan kriminal.
Bilapun pihak otoritas suatu lembaga pendidikan menawarkan bentuk kegiatan yang wajib ada, maka kegiatan itu adalah kegiatan Kelompok Riset Peserta didik dan Kelompok Sastra. Suatu rekomendasi, hendaknya setiap lembaga pendidikan memiliki Koran atau majalah sebagai wadah informasi dan komunikasi. Baik sebagai wadah informasi dan komunikasi hasil penelitian (kajian ilmiah) maupun informasi-informasi ringan seputar kehidupan lembaga pendidikan.
Penutup
Dengan menerapkan Konsep SEIT berbasis peserta didik diharapkan lulusan lembaga pendidikan SMU dan perguruan tinggi, tidak hanya menjadi pekerja (buruh) namun menjadi Insan Utama (insan kamil) yaitu adalah insan yang mempunyai iman, memahami ilmu, menerapkan ilmu dan mampu mengembangkan ilmu sekaligus amal (action) sesuai dengan bakatnya (talent). Lulusan yang bukan mencari kerja tetapi yang menciptakan pekerjaan (interpreneur). Pekerjaan yang diciptakan tidak hanya pekerjaaan teknis keilmuwan contohnya pekerja pabrik, tetapi pekerjaan yang menciptakan dan mengolah pemikiran-pemikaran contohnya wartawan, kolumnis, penulis buku, konsultan, dll.
Daftar Pustaka
Anonim, 2001, Data Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jambi,, BPS Propinsi Jambi
Nazarudin, 2001, Prinsip-prinsip Pembelajaran Orang Dewasa, Materi Pelatihan
Tenaga Pendamping Petani Bappeda Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Nazarudin, 2003, Upaya Upgrading Mahasiswa (Suatu Wacana), Makalah seminar
dalam rangka Dies Natalis UNJA ke - 40

Proses perengkahan

Proses Perengkahan
Reaksi perengkahan merupakan reaksi pemutusan ikatan C-C dari suatu senyawa hidrokarbon yang mempunyai rantai karbon panjang dan berat molekul besar. Terjadinya pemutusan ikatan ini membuat senyawa hidrokarbon ini menjadi senyawa hidrokarbon yang mempunyai rantai karbon pendek dan berberat molekul kecil. Pemutusan ikatan C-C dapat melalui beberapa cara tergantung kondisi reaksi perengkahan.
Bila reaksi perengkahan dilakukan hanya dengan perlakuan temperatur tinggi, maka perengkahan ini disebut perengkahan termal. Perengkahan termal terjadi disebabkan lepasnya ikatan sigma karbon-karbon sehingga molekul terpecah menjadi fragmen-fragmen radikal bebas. Tahap fragmentasi ini disebut homolisis termal yang merupakan tahap inisiasi bagi sederetan reaksi radikal bebas.
Fragmentasi hidrokarbon rantai panjang dengan metode katalitik disebut perengkahan katalitik. Katalis yang umum digunakan adalah zeolit. Pada reaksi perengkahan katalitik dengan katalis zeolit, zeolit berfungsi sebagai pembentuk karbokation yang tak stabil [38]
Menurut Gate [39] perengkahan katalitik hidrokarbon diperkirakan berlangsung melalui zat antara yaitu ion karbonium yang sering disebut karbokation. Karbokation terbentuk dari pemutusan ikatan C-H dari molekul hidrokarbon tersebut (lihat Gambar 1).
-C-H -C+ + H- -E1
Gambar 1. Reaksi pemutusan ikatan C-H
Pembentukan karbokation diperkirakan melalui reaksi hidrokarbon dengan asam dimana hidrokarbon sebagai basa lemah(Gambar 2) [39].
RH + HX R+ + X- + H2
RH + L LH- + R+
(asam Lewis)

Gambar 2. Reaksi asam-basa yang terjadi pada proses perengkahan katalitik
Hidrokarbon
Karbokation juga dapat terbentuk melalui interaksi antara karbokation dengan hidrokarbon jenuh, dimana terjadi transfer ion hidrida (Gambar 3) [39].
R1+ + R2H R1H + R2+
Gambar 3. Reaksi antara karbokation dengan hidrokarbon jenuh
Setelah karbokation terbentuk, proses perengkahan terjadi dengan putusnya ikatan C-C. Ikatan C-C terputus pada posisi beta dari atom C karbokation. Ion karbokation yang terbentuk selanjutnya dapat mengalami perengkahan kembali dan terbentuk lagi karbokation, proses ini berungkali sampai rantai karbokation begitu pendek. Tahap ini disebut tahap propagasi, dan dijelaskan pada Gambar 4 [40]

Gambar 4. Contoh reaksi pemutusan ikatan C-C pada posisi beta
(tahap propagasi)

Proses perengkahan akan berhenti bila karbokation kontak dengan basa konyugasi yang terdapat pada permukaan katalis. Dalam reaksi ini karbokation melepaskan proton kepada anion yang terdapat pada permukaan katalis, sehingga katalis kembali kepada keadaan semula. Tahap akhir perengkahan ini disebut tahap terminasi, dan dijelaskan pada Gambar 5 [41]

Gambar 5 Contoh reaksi perengkahan tahap terminasi

Perengkahan katalitik dan reformasi katalitik yang pada saat ini banyak dikembangkan adalah perengkahan katalitik dan reformasi katalitik yang menggunakan katalis bifungsional yang merupakan campuran logam transisi (Pt, Ni, Cr) dengan zeolit. Logam transisi menyediakan situs logam yang menghasilkan proses dehidrogenasi dan hidrogenasi. Sedangkan zeolit menyediakan situs asam yang dapat membentuk karbokation [42]